Beranda » Panduan » Penyebab Pertumbuhan Lele Lambat dan Cara Mengatasinya

Penyebab Pertumbuhan Lele Lambat dan Cara Mengatasinya

Apakah kalian termasuk salah satu peternak lele yang mengalami masalah pertumbuhan lele lambat? Jika iya, maka kalian perlu mengetahui apa saja penyebab pertumbuhan lele lambat dan bagaimana cara mengatasinya.

Pertumbuhan lele yang lambat tentu akan berdampak pada hasil panen yang tidak optimal dan pendapatan yang menurun atau rugi. Oleh karena itu, kalian harus mampu mengelola budidaya lele dengan baik agar lele dapat tumbuh dengan cepat dan sehat.

Lele memang mudah dibudidayakan karena dapat hidup di berbagai kondisi air dan tahan terhadap penyakit. Namun, meskipun lele terkenal sebagai ikan yang cepat besar, tidak jarang peternak lele mengeluh karena lele mereka tidak tumbuh sesuai harapan.

Lalu, apa saja penyebab pertumbuhan lele lambat? Tentu ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan lele, jika tidak terpenuhi dengan baik, maka lele akan mengalami stres dan gangguan metabolisme.

Penyebab Pertumbuhan Lele Lambat

Kalian harus mengetahui penyebab pertumbuhan lele lambat dan cara mengatasi masalah-masalah tersebut. Tujuannya agar lele dapat tumbuh dengan optimal. Maka dari itu langsung saja simak pembahasannya di bawah ini.

1. Kualitas Bibit

Kualitas Bibit
Source: Avesma.id

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan lele adalah kualitas bibit. Bibit yang berkualitas adalah bibit yang sehat, bersih, bugar, dan memiliki ukuran yang seragam. Bibit yang berkualitas akan memiliki daya tahan tubuh yang tinggi, nafsu makan yang baik, dan pertumbuhan yang optimal.

Sebaliknya, bibit yang tidak berkualitas adalah bibit yang sakit, kotor, lemah, dan memiliki ukuran yang bervariasi. Bibit yang tidak berkualitas akan mudah terserang penyakit, nafsu makan yang rendah, dan pertumbuhan yang lambat.

Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas, kalian harus membeli bibit dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik. Kalian juga harus memperhatikan ciri-ciri fisik bibit, seperti warna, bentuk, gerak, dan pernapasan.

Bibit yang baik adalah bibit yang memiliki warna yang cerah, bentuk yang simetris, gerak yang lincah, dan pernapasan yang normal. Bibit yang buruk adalah bibit yang memiliki warna yang pucat, bentuk yang cacat, gerak yang lesu, dan pernapasan yang cepat atau lambat.

Selain itu, kalian juga harus melakukan karantina dan aklimatisasi terhadap bibit sebelum menempatkannya di kolam budidaya. Karantina adalah proses pemisahan bibit dari bibit lainnya untuk mencegah penularan penyakit. Aklimatisasi adalah proses penyesuaian bibit dengan kondisi air dan lingkungan baru.

Karantina dan aklimatisasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan bibit ke dalam wadah yang berisi air bersih dan diberi garam, kapur, atau obat-obatan tertentu. Lama karantina dan aklimatisasi tergantung pada kondisi bibit dan kolam, tetapi biasanya berkisar antara 15-30 menit.

2. Kualitas Air

Kualitas Air
Source: Jagadtani.com

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi pertumbuhan lele adalah kualitas air. Kualitas air yang baik adalah air yang bersih, jernih, segar, dan memiliki kandungan oksigen, pH, suhu, dan nutrisi yang sesuai. Kualitas air yang baik akan mendukung kesehatan, kenyamanan, dan aktivitas lele.

Sebaliknya, kualitas air yang buruk adalah air yang kotor, keruh, bau, dan memiliki kandungan oksigen, pH, suhu, dan nutrisi yang tidak sesuai. Kualitas air yang buruk akan menyebabkan stres, penyakit, dan kematian lele.

Untuk menjaga kualitas air yang baik, kalian harus melakukan beberapa hal, antara lain:

  • Memilih lokasi kolam yang memiliki sumber air yang bersih dan lancar. Hindari lokasi yang dekat dengan sumber polusi, seperti pabrik, jalan raya, atau pemukiman.
  • Melakukan pengolahan air sebelum digunakan untuk budidaya lele. Pengolahan air dapat dilakukan dengan cara menyaring, mengendapkan, atau mengaerasi air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran, bakteri, atau zat-zat berbahaya yang terdapat dalam air.
  • Melakukan pergantian air secara berkala. Pergantian air dapat dilakukan dengan cara menguras sebagian air kolam dan menggantinya dengan air baru. Tujuannya adalah untuk menjaga kesegaran air dan mengurangi konsentrasi limbah, gas, atau zat-zat beracun yang terakumulasi dalam air. Frekuensi pergantian air tergantung pada kondisi kolam, tetapi biasanya berkisar antara 10-20% setiap minggu.
  • Melakukan pengaturan oksigen, pH, suhu, dan nutrisi air. Pengaturan oksigen dapat dilakukan dengan cara mengaerasi air dengan pompa, blower, atau aerator. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kandungan oksigen yang dibutuhkan lele untuk bernapas. Kandungan oksigen yang ideal untuk lele adalah sekitar 5-7 mg/liter. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan cara menambahkan kapur, garam, atau bahan-bahan lain yang dapat menetralkan asam atau basa dalam air.

3. Kualitas Pakan

Kualitas Pakan
Source: Indonetwork.co.id

penyebab pertumbuhan lele lambat adalah kualitas pakan. Pakan yang berkualitas adalah pakan yang memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan lele. Pakan yang berkualitas akan memberikan energi, nutrisi, dan imunitas yang dibutuhkan lele untuk tumbuh dengan cepat dan sehat.

Sebaliknya, pakan yang tidak berkualitas adalah pakan yang memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kebutuhan lele. Pakan yang tidak berkualitas akan menyebabkan lele menjadi kurus, lemah, dan mudah sakit.

Untuk mendapatkan pakan yang berkualitas, kalian dapat memilih salah satu dari dua cara berikut:

  • Membeli pakan yang sudah jadi dari produsen yang terpercaya dan memiliki sertifikat halal. Pakan yang sudah jadi biasanya memiliki kandungan nutrisi yang terstandar dan teruji. Kalian harus memperhatikan tanggal kadaluarsa, komposisi, dan dosis pakan yang tertera pada kemasan. Kalian juga harus menyimpan pakan di tempat yang kering, sejuk, dan tertutup rapat agar tidak basah, bau, atau berjamur.
  • Membuat pakan sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di sekitar. Pakan yang dibuat sendiri biasanya lebih murah dan lebih segar. Kalian harus memperhatikan kandungan nutrisi, tekstur, dan aroma pakan yang dibuat. Kalian juga harus mengolah pakan dengan cara yang benar agar tidak rusak, terkontaminasi, atau beracun.

Pakan yang baik untuk lele adalah pakan yang memiliki kandungan protein sekitar 30-40%, lemak sekitar 10-15%, karbohidrat sekitar 30-40%, vitamin sekitar 1-2%, mineral sekitar 1-2%, dan air sekitar 10-15%. Pakan yang baik untuk lele juga memiliki tekstur yang padat, tidak mudah hancur, dan tidak mengotori air. Pakan yang baik untuk lele juga memiliki aroma yang wangi, tidak amis, dan tidak menyengat.

4. Padat Tebar

Padat Tebar
Source: Disway.id

Penyebab pertumbuhan lele lambat adalah padat tebar. Padat tebar adalah jumlah lele yang ditempatkan dalam satu satuan luas atau volume kolam. Padat tebar yang tepat adalah padat tebar yang sesuai dengan kapasitas kolam dan kondisi lele. Padat tebar yang tepat akan memberikan ruang gerak, oksigen, dan pakan yang cukup untuk lele.

Sebaliknya, padat tebar yang tidak tepat adalah padat tebar yang melebihi atau kurang dari kapasitas kolam dan kondisi lele. Padat tebar yang tidak tepat akan menyebabkan persaingan, stres, dan kanibalisme lele.

Untuk menentukan padat tebar yang tepat, kalian harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:

  • Ukuran dan jenis lele. Lele yang berukuran besar dan agresif membutuhkan ruang gerak yang lebih luas daripada lele yang berukuran kecil dan jinak. Kalian harus menyesuaikan padat tebar dengan ukuran dan jenis lele yang dibudidayakan. Secara umum, padat tebar yang ideal untuk lele ukuran 5-10 cm adalah sekitar 100-200 ekor/m2, untuk lele ukuran 10-15 cm adalah sekitar 50-100 ekor/m2, dan untuk lele ukuran 15-20 cm adalah sekitar 25-50 ekor/m2.
  • Luas dan kedalaman kolam. Kolam yang luas dan dalam dapat menampung lebih banyak lele daripada kolam yang sempit dan dangkal. Kalian harus menghitung luas dan kedalaman kolam dengan benar agar dapat menentukan padat tebar yang sesuai. Secara umum, luas kolam yang ideal untuk budidaya lele adalah sekitar 100-200 m2, dan kedalaman kolam yang ideal untuk budidaya lele adalah sekitar 1-1,5 meter.
  • Sistem dan teknik budidaya. Sistem dan teknik budidaya yang berbeda membutuhkan padat tebar yang berbeda pula. Kalian harus memilih sistem dan teknik budidaya yang sesuai dengan kondisi dan tujuan kalian. Secara umum, ada tiga sistem budidaya lele yang populer, yaitu sistem intensif, semi-intensif, dan ekstensif. Sistem intensif adalah sistem budidaya lele yang menggunakan kolam beton atau terpal, aerasi, pakan buatan, dan pergantian air yang sering. Sistem ini dapat menampung padat tebar yang tinggi, yaitu sekitar 300-500 ekor/m3. Sistem semi-intensif adalah sistem budidaya lele yang menggunakan kolam tanah, aerasi, pakan buatan dan alami, dan pergantian air yang jarang.

5. Serangan Hama atau Penyakit

Serangan Hama atau Penyakit
Source: Disway.id

Penyebab pertumbuhan lele lambat adalah serangan hama atau penyakit. Hama atau penyakit adalah organisme atau kondisi yang dapat mengganggu kesehatan dan pertumbuhan lele. Hama atau penyakit dapat menular melalui air, pakan, bibit, atau peralatan budidaya. Hama atau penyakit dapat menyebabkan lele menjadi lemas, lesu, kurang nafsu makan, luka, bengkak, berdarah, atau mati.

Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama atau penyakit, kalian harus melakukan beberapa hal, antara lain:

  • Melakukan pencegahan secara rutin. Pencegahan adalah cara terbaik untuk menghindari serangan hama atau penyakit. Kalian dapat melakukan pencegahan dengan cara menjaga kualitas bibit, air, pakan, dan kolam, serta memberikan imunisasi, vaksinasi, atau obat-obatan preventif kepada lele. Kalian juga harus mengisolasi lele yang sakit atau mencurigakan dari lele yang sehat agar tidak menular.
  • Melakukan pengamatan secara berkala. Pengamatan adalah cara untuk mendeteksi adanya serangan hama atau penyakit sejak dini. Kalian dapat melakukan pengamatan dengan cara memeriksa ciri-ciri fisik, perilaku, dan kesehatan lele secara visual atau dengan alat bantu. Kalian juga harus memeriksa kualitas air, pakan, dan kolam secara rutin agar dapat mengambil tindakan yang tepat jika ada yang tidak normal.
  • Melakukan pengobatan secara tepat. Pengobatan adalah cara untuk mengatasi serangan hama atau penyakit yang sudah terjadi. Kalian dapat melakukan pengobatan dengan cara memberikan obat-obatan yang sesuai dengan jenis dan tingkat keparahan hama atau penyakit yang menyerang lele. Kalian juga harus mengikuti dosis, cara, dan lama pengobatan yang direkomendasikan oleh ahli atau produsen obat.

Beberapa contoh hama atau penyakit yang sering menyerang lele adalah:

  • Kutu air (Argulus sp.). Kutu air adalah hama yang berbentuk seperti kumbang kecil yang menempel pada tubuh lele dan menghisap darahnya. Kutu air dapat menyebabkan lele menjadi stres, anemia, luka, infeksi, atau mati. Cara mengatasi kutu air adalah dengan memberikan obat anti parasit, seperti formalin, malachite green, atau potassium permanganate, ke dalam air kolam atau dengan merendam lele dalam larutan obat tersebut.
  • Jamur (Saprolegnia sp.). Jamur adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh pada kulit, insang, atau sirip lele. Jamur dapat menyebabkan lele menjadi lemas, kurus, luka, berlendir, atau mati. Cara mengatasi jamur adalah dengan memberikan obat anti jamur, seperti methylene blue, malachite green, atau copper sulfate, ke dalam air kolam atau dengan merendam lele dalam larutan obat tersebut.
  • Bakteri (Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Vibrio sp., dll). Bakteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh lele melalui luka, mulut, atau insang. Bakteri dapat menyebabkan lele menjadi bengkak, berdarah, bernanah, atau mati. Cara mengatasi bakteri adalah dengan memberikan obat anti bakteri, seperti oxytetracycline, sulfadiazine, atau furazolidone, ke dalam air kolam atau dengan memberikan pakan yang dicampur dengan obat tersebut.
  • Virus (Iridovirus, Nodavirus, dll). Virus adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menginfeksi sel-sel lele. Virus dapat menyebabkan lele menjadi lemah, lesu, pucat, atau mati. Cara mengatasi virus adalah dengan memberikan imunisasi atau vaksinasi kepada lele sebelum terinfeksi atau dengan memberikan obat imunostimulan, seperti beta glucan, vitamin C, atau ekstrak herbal, kepada lele yang terinfeksi.

Tips Mempercepat Pertumbuhan Lele

Tips Mempercepat Pertumbuhan Lele
Source: Waralaba.com

Selain memperhatikan faktor-faktor penyebab pertumbuhan lele lambat dan cara mengatasinya, kalian juga dapat melakukan beberapa tips dan trik agar pertumbuhan lele lebih cepat dan berkualitas. Berikut merupakan beberapa tips dan trik bisa kalian coba:

  • Melakukan grading atau pemisahan lele berdasarkan ukuran. Grading adalah proses pemisahan lele berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat bantu, seperti saringan, keranjang, atau jaring. Tujuannya adalah untuk menghindari persaingan, kanibalisme, dan stres lele yang berukuran berbeda. Grading dapat dilakukan setiap 2-4 minggu atau sesuai dengan pertumbuhan lele. Dengan grading, kalian dapat memastikan bahwa lele yang dibudidayakan memiliki ukuran yang seragam dan sesuai dengan target panen.
  • Melakukan pemberian hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan adalah zat kimia yang dapat merangsang pertumbuhan lele secara cepat dan besar. Hormon pertumbuhan dapat diberikan kepada lele dengan cara disuntikkan, dimasukkan ke dalam pakan, atau dicampurkan ke dalam air kolam. Hormon pertumbuhan yang sering digunakan untuk lele adalah hormon somatotropin, hormon tiroid, atau hormon steroid. Namun, kalian harus berhati-hati dalam menggunakan hormon pertumbuhan, karena hormon pertumbuhan dapat menimbulkan efek samping, seperti kemandulan, kematian, atau penurunan kualitas daging lele. Kalian juga harus mematuhi aturan dan regulasi yang berlaku tentang penggunaan hormon pertumbuhan untuk lele.
  • Melakukan pemberian probiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan lele. Probiotik dapat membantu lele dalam mencerna pakan, menyerap nutrisi, menghambat pertumbuhan bakteri patogen, dan meningkatkan imunitas. Probiotik dapat diberikan kepada lele dengan cara dicampurkan ke dalam pakan atau ke dalam air kolam. Probiotik yang sering digunakan untuk lele adalah bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik, atau ragi. Kalian dapat membeli probiotik yang sudah jadi dari produsen atau membuat probiotik sendiri dari bahan-bahan alami, seperti molase, susu, atau buah-buahan.
  • Melakukan pemberian enzim. Enzim adalah protein yang dapat mempercepat reaksi kimia dalam tubuh lele. Enzim dapat membantu lele dalam mencerna pakan, menyerap nutrisi, dan mengoptimalkan metabolisme. Enzim dapat diberikan kepada lele dengan cara dicampurkan ke dalam pakan atau ke dalam air kolam. Enzim yang sering digunakan untuk lele adalah enzim protease, enzim lipase, enzim amilase, atau enzim selulase. Kalian dapat membeli enzim yang sudah jadi dari produsen atau membuat enzim sendiri dari bahan-bahan alami, seperti nanas, papaya, atau jahe.

Kesimpulan

Demikianlah pembahasan tentang penyebab pertumbuhan lele lambat dan cara mengatasinya. Kami harap artikel ini dapat bermanfaat bagi kalian yang sedang atau ingin budidaya lele.