Beranda » Panduan » Untung Rugi Ternak Lele, Begini Hitungan yang Tepat

Untung Rugi Ternak Lele, Begini Hitungan yang Tepat

Ternak lele adalah salah satu bisnis yang cukup populer di Indonesia. Banyak orang yang tertarik untuk menggeluti bisnis ini karena prospeknya yang menjanjikan. Ikan lele memiliki permintaan yang tinggi di pasar karena rasanya yang enak dan mudah diolah.

Selain itu, ikan lele juga tumbuh dengan cepat dan biayanya relatif murah. Namun, apakah bisnis ini benar-benar menguntungkan? Tentu hal tersebut akan melihat berbagai faktor yang mempengaruhi untung rugi ternak lele.

Faktor seperti harga jual, biaya produksi, jangka waktu panen, lokasi peternakan atau kualitas bibit memang wajib untuk diperhatikan. Kemudian ada juga berbagai risiko yang mungkin dihadapi oleh peternak lele.

Oleh karena itu kami akan membahas secara lengkap dan mendalam tentang untung rugi ternak lele. Kami juga akan memberikan beberapa tips untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian dari bisnis ini.

Prospek Ternak Lele di Indonesia

Prospek Ternak Lele di Indonesia
Source: Global7.id

Ternak lele atau budidaya ikan lele adalah salah satu jenis usaha yang sangat fleksibel, karena bisa dilakukan oleh siapa saja dengan modal yang tidak terlalu besar. Ternak lele juga bisa dilakukan di berbagai tempat, seperti kolam terpal, kolam beton, atau tambak. Ternak lele juga bisa menggunakan berbagai metode, seperti tebar padat, tebar rendah, atau sistem bioflok.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang mengalami peningkatan produksi sebesar 2,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis ternak lele masih terus berkembang dan diminati oleh masyarakat. Selain itu, ikan lele juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena harganya yang stabil dan permintaannya yang selalu ada.

Salah satu alasan mengapa ikan lele banyak disukai oleh konsumen adalah karena rasanya yang enak dan mudah diolah. Ikan lele bisa dimasak dengan berbagai cara, seperti digoreng, dibakar, dibuat pepes, atau dibuat sambal. Ikan lele juga memiliki kandungan gizi yang baik, seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin. Ikan lele juga memiliki khasiat untuk kesehatan, seperti mengobati asam urat, anemia, diabetes, dan hipertensi.

Oleh karena itu, tidak heran jika bisnis ternak lele memiliki prospek yang cerah di Indonesia. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal, peternak lele harus memperhatikan berbagai faktor yang sangat penting. Salah satunya adalah pemilihan bibit yang tepat. Bibit yang baik akan mempengaruhi kualitas dan pertumbuhan ikan lele yang dihasilkan.

Selain itu, pemilihan tempat yang strategis dengan kondisi lingkungan yang bagus, serta pemberian pakan yang tepat juga harus diperhatikan. Tidak hanya itu, dalam penjualan ikan lele juga sangat penting dalam menjalankan bisnis ternak lele. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan penjualan, seperti menjual langsung ke pedagang atau ke toko ikan, menjual secara online, atau bekerja sama dengan mitra bisnis.

Namun, bisnis ternak lele juga tidak lepas dari berbagai tantangan dan risiko. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kerugian bagi peternak lele, seperti penyakit ikan, pencurian ikan, bencana alam, persaingan pasar, atau perubahan harga. Oleh karena itu, peternak lele harus siap menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Untung Rugi Ternak Lele

Untung Rugi Ternak Lele
Source: Viva.co.id

Untung rugi ternak lele adalah perbandingan antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan dalam bisnis ternak lele. Untuk menghitung untung rugi ternak lele, kita harus mengetahui berapa harga jual ikan lele, berapa biaya produksi ikan lele, berapa jangka waktu panen ikan lele, berapa lokasi peternakan ikan lele, dan berapa kualitas bibit ikan lele. Berikut merupakan penjelasan secara detail tentang masing-masing faktor tersebut.

Harga Jual Lele

Harga jual lele adalah harga yang ditawarkan oleh peternak lele kepada pembeli. Harga jual lele bisa berbeda-beda tergantung pada ukuran, kualitas, dan permintaan ikan lele. Harga jual lele juga bisa berubah-ubah sesuai dengan musim, hari, atau waktu. Harga jual lele juga dipengaruhi oleh persaingan pasar, yaitu jumlah penawaran dan permintaan ikan lele di pasar.

Menurut data dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PUSDATIN) Kementerian Pertanian, harga rata-rata ikan lele di Indonesia pada bulan Februari 2020 adalah Rp 24.000,00 per kilogram. Harga ini naik sekitar 9 persen dibandingkan dengan bulan Januari 2020, yang sebesar Rp 22.000,00 per kilogram. Harga ini juga bervariasi di setiap provinsi, mulai dari Rp 18.000,00 per kilogram di Nusa Tenggara Barat hingga Rp 30.000,00 per kilogram di Papua.

Untuk mendapatkan harga jual lele yang tinggi, peternak lele harus memperhatikan beberapa hal, seperti:

  • Menjual ikan lele yang memiliki ukuran besar, sekitar 7-8 ekor per kilogram, karena biasanya lebih disukai oleh konsumen.
  • Menjual ikan lele yang segar dan hidup, karena biasanya lebih disukai oleh konsumen daripada ikan lele yang sudah mati atau beku.
  • Menjual ikan lele di tempat yang strategis dan ramai, seperti pasar, toko ikan, atau supermarket, karena biasanya lebih mudah menarik pembeli.
  • Menjual ikan lele secara online, dengan menggunakan media sosial, website, atau aplikasi, karena bisa menjangkau pasar yang lebih luas dan fleksibel.
  • Bekerja sama dengan mitra bisnis, seperti pedagang, pengusaha, atau restoran, karena bisa meningkatkan volume penjualan dan harga jual ikan lele.

Biaya Produksi Lele

Biaya produksi lele adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak lele untuk memproduksi ikan lele. Biaya produksi lele bisa berbeda-beda tergantung pada metode, skala, dan lokasi peternakan ikan lele. Biaya produksi lele juga bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi pasar, seperti harga pakan, bibit, obat, atau listrik. Biaya produksi lele juga dipengaruhi oleh efisiensi dan produktivitas peternakan ikan lele.

Menurut data dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, biaya produksi lele di Indonesia pada tahun 2019 adalah Rp14.000,00 per kilogram. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap serta biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah tergantung pada jumlah produksi, seperti biaya sewa lahan, biaya peralatan, atau biaya administrasi. Biaya variabel adalah biaya yang berubah tergantung pada jumlah produksi, seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat, atau biaya listrik.

Untuk mengurangi biaya produksi lele, peternak lele harus memperhatikan beberapa hal, seperti:

  • Memilih bibit yang berkualitas, sehat, dan sesuai dengan ukuran kolam, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.
  • Memilih pakan yang berkualitas, bergizi, dan sesuai dengan kebutuhan ikan lele, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.
  • Memilih metode yang efisien, seperti tebar padat atau sistem bioflok, karena bisa meningkatkan produktivitas dan menghemat biaya pakan, air, atau listrik.
  • Memilih lokasi yang strategis, dengan kondisi lingkungan yang bagus, seperti akses air, udara, atau listrik, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.
  • Memelihara ikan lele dengan baik, dengan melakukan pengelolaan air, pemberian pakan, pemberian obat, atau pencegahan penyakit, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.

Jangka Waktu Panen Lele

Jangka waktu panen lele adalah waktu yang dibutuhkan oleh peternak lele untuk memanen ikan lele dari kolam. Jangka waktu panen lele bisa berbeda-beda tergantung pada ukuran, kualitas, dan permintaan ikan lele. Jangka waktu panen lele juga bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti suhu, cahaya, atau oksigen. Jangka waktu panen lele juga dipengaruhi oleh metode dan pakan yang digunakan oleh peternak lele.

Menurut data dari BBPBAT Sukabumi, jangka waktu panen lele di Indonesia pada tahun 2019 adalah 3 bulan. Jangka waktu ini dihitung dari saat bibit ikan lele ditebar di kolam hingga saat ikan lele mencapai ukuran panen, yaitu sekitar 7-8 ekor per kilogram. Jangka waktu ini juga bervariasi di setiap daerah, mulai dari 2 bulan di Jawa Barat hingga 4 bulan di Papua.

Untuk mempercepat jangka waktu panen lele, peternak lele harus memperhatikan beberapa hal, seperti:

  • Memilih bibit yang berkualitas, sehat, dan sesuai dengan ukuran kolam, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.
  • Memilih pakan yang berkualitas, bergizi, dan sesuai dengan kebutuhan ikan lele, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.
  • Memilih metode yang efisien, seperti tebar padat atau sistem bioflok, karena bisa meningkatkan produktivitas dan menghemat biaya pakan, air, atau listrik.
  • Memilih lokasi yang strategis, dengan kondisi lingkungan yang bagus, seperti akses air, udara, atau listrik, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.
  • Memelihara ikan lele dengan baik, dengan melakukan pengelolaan air, pemberian pakan, pemberian obat, atau pencegahan penyakit, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.

Lokasi Peternakan Lele

Lokasi peternakan lele adalah tempat dimana peternak lele melakukan budidaya ikan lele. Lokasi peternakan lele bisa berbeda-beda tergantung pada ketersediaan lahan, sumber air, dan modal peternak lele. Lokasi peternakan lele juga bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi pasar, seperti permintaan, persaingan, atau regulasi. Lokasi peternakan lele juga dipengaruhi oleh preferensi dan kreativitas peternak lele.

Menurut data dari KKP, lokasi peternakan lele di Indonesia pada tahun 2019 tersebar di seluruh provinsi, dengan total luas lahan sebesar 38.000 hektar. Lokasi ini terdiri dari berbagai jenis, seperti kolam terpal, kolam beton, tambak, atau keramba. Lokasi ini juga memiliki berbagai karakteristik, seperti luas, kedalaman, bentuk, atau warna.

Untuk memilih lokasi peternakan lele yang tepat, peternak lele harus memperhatikan beberapa hal, seperti:

  • Memilih lokasi yang memiliki lahan yang cukup, baik untuk kolam, pakan, atau peralatan, karena bisa mempengaruhi kapasitas dan kenyamanan peternakan ikan lele.
  • Memilih lokasi yang memiliki sumber air yang bersih, cukup, dan stabil, karena bisa mempengaruhi kualitas dan kesehatan ikan lele.
  • Memilih lokasi yang memiliki akses listrik yang mudah, murah, dan aman, karena bisa mempengaruhi pencahayaan, sirkulasi, atau pemanasan kolam ikan lele.
  • Memilih lokasi yang memiliki akses transportasi yang mudah, cepat, dan murah, karena bisa mempengaruhi distribusi dan pemasaran ikan lele.
  • Memilih lokasi yang memiliki iklim yang sesuai, tidak terlalu panas atau dingin, tidak terlalu basah atau kering, tidak terlalu berangin atau tenang, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan lele.

Kualitas Bibit Lele

Kualitas bibit lele adalah tingkat kesehatan, keseragaman, dan produktivitas bibit ikan lele yang digunakan oleh peternak lele. Kualitas bibit lele bisa berbeda-beda tergantung pada sumber, jenis, dan ukuran bibit ikan lele.

Kualitas bibit lele juga bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti suhu, cahaya, atau oksigen. Kualitas bibit lele juga dipengaruhi oleh metode dan pakan yang digunakan oleh peternak lele.

Untuk memilih bibit lele berkualitas, peternak lele harus memperhatikan beberapa hal, seperti:

  • Memilih sumber bibit yang terpercaya, seperti balai benih, peternak profesional, atau toko ikan, karena bisa mempengaruhi kesehatan dan keseragaman bibit ikan lele.
  • Memilih jenis bibit yang sesuai dengan tujuan, seperti lele sangkuriang, lele dumbo, atau lele lokal, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas ikan lele.
  • Memilih ukuran bibit yang sesuai dengan kapasitas kolam, seperti 3-5 cm, 5-7 cm, atau 7-10 cm, karena bisa mempengaruhi kepadatan dan kenyamanan ikan lele.
  • Memilih pakan yang berkualitas, bergizi, dan sesuai dengan kebutuhan bibit ikan lele, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan bibit ikan lele.
  • Memilih obat yang aman, efektif, dan sesuai dengan kondisi bibit ikan lele, karena bisa mempengaruhi kesehatan dan keseragaman bibit ikan lele.
  • Memilih lingkungan yang bersih, sehat, dan sesuai dengan kebutuhan bibit ikan lele, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan bibit ikan lele.

Contoh Perhitungan Keuntungan dan Kerugian Ternak Lele

Contoh Perhitungan Keuntungan dan Kerugian Ternak Lele
Source: Mongabay.co.id

Setelah mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi untung rugi ternak lele, kita bisa mencoba membuat contoh perhitungan keuntungan dan kerugian ternak lele, dengan menggunakan data terbaru dan asumsi yang realistis. Berikut ini adalah contoh perhitungan keuntungan dan kerugian ternak lele, dengan menggunakan metode tebar padat di kolam terpal:

  • Asumsi:
    • Luas kolam: 10 m x 10 m x 1 m = 100 m<sup>2</sup>
    • Jumlah kolam: 1 buah
    • Jumlah bibit: 10.000 ekor
    • Ukuran bibit: 3-5 cm
    • Harga bibit: Rp 200,00 per ekor
    • Jumlah pakan: 1.000 kg
    • Harga pakan: Rp 10.000,00 per kg
    • Jumlah obat: 10 botol
    • Harga obat: Rp 50.000,00 per botol
    • Biaya listrik: Rp 500.000,00 per bulan
    • Biaya sewa lahan: Rp 1.000.000,00 per bulan
    • Biaya peralatan: Rp 5.000.000,00 (sekali beli)
    • Biaya administrasi: Rp 500.000,00 per bulan
    • Jangka waktu panen: 3 bulan
    • Ukuran panen: 7-8 ekor per kg
    • Harga jual: Rp 25.000,00 per kg
    • Tingkat kelangsungan hidup: 90 persen
    • Tingkat pertumbuhan: 1,5 gram per hari
    • Tingkat keseragaman: 80 persen
  • Perhitungan:
    • Biaya tetap:
      • Biaya sewa lahan: Rp 1.000.000,00 x 3 bulan = Rp 3.000.000,00
      • Biaya peralatan: Rp 5.000.000,00
      • Biaya administrasi: Rp 500.000,00 x 3 bulan = Rp 1.500.000,00
      • Total biaya tetap: Rp 9.500.000,00
    • Biaya variabel:
      • Biaya bibit: Rp 200,00 x 10.000 ekor = Rp 2.000.000,00
      • Biaya pakan: Rp 10.000,00 x 1.000 kg = Rp 10.000.000,00
      • Biaya obat: Rp 50.000,00 x 10 botol = Rp 500.000,00
      • Biaya listrik: Rp 500.000,00 x 3 bulan = Rp 1.500.000,00
      • Total biaya variabel: Rp 14.000.000,00
    • Total biaya produksi: Rp 9.500.000,00 + Rp 14.000.000,00 = Rp 23.500.000,00
    • Pendapatan:
      • Jumlah ikan panen: 10.000 ekor x 90 persen = 9.000 ekor
      • Berat ikan panen: 9.000 ekor x 1,5 gram x 90 hari / 1.000 gram = 1.215 kg
      • Jumlah ikan jual: 1.215 kg x 80 persen = 972 kg
      • Pendapatan: 972 kg x Rp 25.000,00 = Rp 24.300.000,00
    • Keuntungan: Rp 24.300.000,00 – Rp 23.500.000,00 = Rp 800.000,00
    • Kerugian: Rp 23.500.000,00 – Rp 24.300.000,00 = -Rp 800.000,00

Dari contoh perhitungan di atas, kita bisa melihat bahwa keuntungan dan kerugian ternak lele sangat tipis, yaitu hanya Rp 800.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis ternak lele membutuhkan perencanaan, pengelolaan, dan pemasaran yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Jika ada salah satu faktor yang tidak sesuai dengan harapan, seperti harga jual yang turun, biaya produksi yang naik, jangka waktu panen yang lama, lokasi peternakan yang kurang strategis, atau kualitas bibit yang buruk, maka bisa menyebabkan kerugian yang besar.

Kesimpulan

Peternak lele harus selalu berhati-hati dan berinovasi dalam menjalankan bisnis ternak lele. Peternak lele harus selalu memantau perkembangan pasar, mengikuti perkembangan teknologi, dan mencari peluang baru. Peternak lele juga harus selalu belajar dari pengalaman, baik dari kesuksesan maupun kegagalan.

Peternak lele juga harus selalu bersikap optimis, sabar, dan pantang menyerah. Dengan begitu, peternak lele bisa meraih untung yang maksimal dan menghindari rugi yang minimal dari bisnis ternak lele.